Duo Serigala Mengaku Merasa Dikutuk Punya Payudara Besar
Dua wanita yang bernama Pamela Safitri (19 tahu) dan Ovi Sovianti (21 tahun) yang belakangan ‘ngetop’ dengan menggunakan nama Duo Serigala, menjadi pusat perhatian dan bahan perbincangan terutama karena aksi Goyang Dribble yang mengandalkan gerak badan khas mereka.
Ini salah satu foto yang pertama kali membuat Pamela Safitri (kiri) dan Ovi Sovianti (kanan) mendadak tenar
Pada Kamis 26 Februari 2015, keduanya pun kompak mengakui keunggulan ‘aset’ yang mereka jadikan andalan dan dirawat dengan baik tersebut, meski sekaligus menyebutnya juga sebagai “kutukan”.
Walau merasa terkutuk karena mempunayi payudara super besar, mereka sadar untuk merawatnya dengan sungguh-sungguh
Mereka sering disindir bahwa payudara mereka ini tidak asli
Banyak yang menganggap bahwa payudara mereka yang sama-sama berukuran 38 B ini tidak asli. Bahkan mereka mengatakan rela ‘aset berharga’ mereka ini diremas untuk membuktikan keasliannya. Belum lagi angggapan-anggapan miring yang mereka terima karena ukuran payudara yang jumbo ini.
Screenshot adegan video “Goyang Dribble” yang membuat nama mereka terkenal di luar negeri
Foto eksklusif Duo Serigala
Nampaknya pernyataan mereka ini amat berlebihan karena banyak wanita yang jelas-jelas ingin mempunyai aset seperti milik mereka berdua.
(suara.com, youtube, twitter)
Identitas Begal Yang Dibakar Massa Terungkap, Dikenal Sebagai Anak Yang Rajin Dan Pendiam
Hendriansyah, 22 tahun, terduga pelaku begal motor yang tewas dibakar massa di Pondok Aren, Tangerang Selatan pada Selasa 24 Februari 2015 dinihari dikenal sebagai anak yang rajin dan pendiam. Pemuda yang hanya mengenyam pendidikan sampai kelas I Sekolah Menengah Pertama itu rela bekerja apa saja demi membantu Sutina, ibunya.
“Kerja angkat galon, kerja di steam motor, di tempat sablon dia mau,” kata Sutina, ibu Hendriansyah saat ditemui di rumahnya di Larangan, Kota Tangerang, Jumat 28 Februari 2015.
Hendriansyah, begal yang menemui ajal setelah dibakar massa yang marah di Pondok Aren
Selain rajin, kata Sutina, anak ketiganya itu juga pendiam. “Anaknya pendiam, jarang ngomong, makanya teman-temannya tidak banyak,” kata janda beranak lima ini.
Hendriansyah anak ketiga dari Sutina dan Saprudin. Pemuda kelahiran Tangerang, 1986 lalu itu sempat bersekolah di SMP 10 Kota Tangerang. Tapi karena tidak ada biaya, kelas I dia berhenti sekolah. Sejak berhenti sekolah itulah, Hendriansyah bekerja serabutan. “Apa saja dia kerjakan, anaknya memang mau bekerja,” kata wanita berhijab ini.
Sutinah, ibunda Hendriansyah mengaku tidak dendam dan bisa menerima takdir mengenai nasib anaknya
Syahra, 16 tahun, adik bungsu Hendriansyah mengaku jika kakaknya bukanlah termasuk orang yang suka bermain. “Kakak kalem, rajin,” katanya. Ia mengakui sudah dua tahun ini tidak bertemu Hendriansyah.” Enggak tahu juga kegiatan kakak selama ini.”
Jenazah hendriansyah dikenali oleh sang ibu yang meyakini jika mayat tersebut adalah anak mereka setelah mengenali ciri-ciri dan tatto GBR di bagian tubuh jasad tersebut dari video yang diperlihatkan oleh kerabatnya.
Kepala Unit Reserse dan Kriminal Polsek Pondok Aren Inspektur Satu Agung Aji mengatakan polisi melakukan pengembangan untuk menangkap pelaku lainnnya yang diduga menjadi komplotan begal sepeda motor tersebut. Tiga kawan Hendriansyah berhasil melarikan diri pada Selasa 24 Februari 2015 lalu dari amuk massa.
(Suara.com, tempo, The Banten Journal)
Komentar Terbaru