Arsip
Pol*si Memang Tidak ada Baiknya
Alkisah di sebuah kecamatan, ada seorang janda tua putus asa dan sangat kebingungan. Karena ia tidak punya sanak-saudara iapun bersurat yang ditujukan kepada Yth. Allah SWT dengan maksud Mohon dikirim uang sebesar 500 ribu rupiah. Di belakang sampul surat itu tak lupa ia cantumkan nama dan alamatnya sebagai pengirim.
Karena Kantor Pos kebingungan dengan tujuan surat itu, mereka menyampaikan surat itu ke kepolisian setempat. Membaca surat itu, Kapolsek yang terkenal bijak itu tidak sebingung tukang pos dalam menanggapi tujuan dan isi surat. Menurut dia surat itu hanyalah jeritan hati seseorang yang kebingungan, yang tidak harus ditanggapi berlebihan.
Akhirnya ia dengan anak buahnya ramai-ramai bersedekah mengumpulkan uang untuk menyumbang pengirim surat itu sampai akhirnya terkumpul sebesar 400 ribu. Karena tujuannya menyumbang, Sang Kapolsek itu merasa tidak perlu lagi membandingkan antara uang yang terkumpul dengan jumlah yang diminta dalam surat itu, ia langsung menugaskan anak buahnya mendatangi alamat yang dimaksud dan menyerahkan uang hasil saweran tersebut. Sang polisi yang menyerahkan uang tidak menyebut uang itu dari siapa sesuai yang dipesan atasannya.
Beberapa waktu kemudian, ia kembali dikirimi surat serupa dari Kantor Pos yang juga ditujukan kepada Yth. Allah SWT dengan pengirim yang sama. Isi suratnya :
Ya Allah, Terima kasih atas uang yang engkau berikan kemarin. Tapi besok-lusa kalau kirim lagi jangan dititip sama polisi, yang kemarin juga dipotong 100 ribu…..
Duh… kasihan Pak Polisi, karena segelintir oknumnya yang berkelakuan jelek, imejnya kebawa jelek juga – Kompasiana
Kisah Seorang Ibu Tua Di Jepang
Konon pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya.
Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini.
“Bu, kita sudah sampai”,kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah kenapa dia tega melakukannya.
Si ibu , dengan tatapan penuh kasih berkata:”Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang.
Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan”.
Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan ,merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia.
Komentar Terbaru