Arsip

Archive for 2 September 2015

Rekaman Lensa: Pertarungan Wanita Palestina Vs Tentara Israel Yang Tangkap Bocah Palestina Ini Gemparkan Dunia 

Rekaman Lensa Pertarungan Wanita Palestina vs Tentara Israel Yang Tangkap Bocah Palestina Ini Gemparkan Dunia
  

Sejumlah foto dan sebuah video tentang seorang tentara Israel bersenjata yang tengah mencoba menangkap seorang bocah Palestina berusia 11 tahun yang patah lengan di Tepi Barat beredar luas di media sosial pada akhir pekan dan menjadi sensasi.

Foto-foto menunjukkan tentara itu sedang memiting kepala bocah, sementara sejumlah perempuan menarik punggung sang prajurit. Para perempuan itu mencoba untuk membebaskan anak laki-laki tersebut.

Perkelahian itu terjadi dalam sebuah protes mingguan pada Jumat 28 Agustus 2015 lalu yang diselenggarakan para aktivis Palestina terkait dengan pembangunan permukiman di Desa Nabi Saleh di Tepi Barat.

Tentara Israel tangkap bocah Palestina

Tentara Israel Tangkap Bocah Palestina

Seorang tentara Israel menangkap dan memiting seorang bocah Palestina, dalam bentrokan antara tentara Israel dengan demonstran Palestina, menyusul aksi perlawanan atas perampasan tanah Palestina untuk memperluas pemukiman Hallamish Yahudi, di Desa Nabi Saleh, Tepi Barat, Jumat 28 Agustus 2015.

CNN melaporkan bahwa rekaman video diambil oleh ayah bocah itu sendiri, Bassem Tamimi. Tamini mengatakan, keluarganya secara rutin merekam demonstrasi dan mem-posting rekaman tersebut di situs yang disebut Solidaritas Nabi Saleh.

Tentara Israel Tangkap Bocah Palestina

Tentara Israel Tangkap Bocah Palestina

Tentara Israel Tangkap Bocah Palestina

Tentara Israel Tangkap Bocah Palestina

Wanita-wanita Palestina berjuang mengeroyok tentara Israel untuk membebaskan seorang bocah yang ditangkap seorang tentara Israel (tengah) dalam bentrokan antara tentara Israel dengan demonstran Palestina di Desa Nabi Saleh, Tepi Barat, dekat Ramallah, Jumat 28 Agustus 2015.

Video itu, sebuah klip yang diedit dari rekaman yang lebih panjang, telah dilihat hampir 3 juta kali pada hari Minggu kemarin.

“Sangat sulit bagi setiap ayah atau ibu melihat putra atau putri mereka diperlakukan seperti itu, diserang secara kasar,” kata Tamimi.

Pihak militer Israel membela tindakan tentaranya dengan mengatakan bahwa orang-orang dalam kerumunan itu telah melemparkan batu kepada sejumlah tentara. “Pasukan memutuskan untuk menahan salah seorang warga Palestina yang diidentifikasi telah melempar batu,” kata seorang juru bicara militer Israel.

Polisi perbatasan Israel menahan seorang warga Palestina selama protes di tembok pemisah Israel, Beit Jala di Tepi Barat, Minggu 30 Agustus 2015.

Militer mengatakan, komandan di tempat kejadian menghentikan penangkapan demi menghindari situasi yang semakin memburuk.

Tamimi mengatakan kepada CNN bahwa istri dan putrinya mencoba untuk membebaskan putranya dan bentrok dengan tentara itu, seperti yang ditunjukkan dalam video di bawah ini:

Sejumlah warga Nabi Saleh telah melakukan protes selama bertahun-tahun terkait kebijakan permukiman Israel. Kadang-kadang protes berubah menjadi kekerasan ketika para pemuda Palestina melemparkan batu dan tentara Israel menembakkan gas air mata serta peluru karet.

(CNN, Kompas)

Kategori:revo

Kisruh Aurel vs KD: Tulisan Curhat Azriel Ini Bongkar Aib dan Kebohongan KD     

Kisruh Aurel vs KD Tulisan Curhat Azriel Ini Bongkar Aib dan Kebohongan KD

Hubungan sosial keluarga Anang Hermansyah dan mantan istrinya Krisdayanti memanas dengan berbagai postingan curhat. Semua berawal dari tidak hadirnya Krisdayanti di pesta ulang tahun ke-17 Aurel, anak pertamanya dengan Anang.

Arel Hermansyah,Anang Hermansyah,Azriel

Anang Hermansyah bersama kedua anaknya dari pernikahannya dengan KD: Aurel (kiri) dan Azriel (kanan)

Pasca ketidakhadiran tersebut, Aurel curhat di instagram tentang apa yang ia rasakan. Ia lelah karena pernah dibully sebagai anak durhaka dan bercerita bagaimana setiap ia ingin ke rumah ibunya, malah diajak ke luar karena KD tidak mau ia bertemu Raul Lemos.

Curhatan sang putri memicu reaksi dari Krisdayanti, yang menjelaskan mengapa Raul melarangnya. Raul tak ingin KD bertemu anak-anaknya dari Anang karena tidak mau istrinya sedih. KD juga memposting curhat di instagram dan di akhir tulisan menyebut dua anaknya tidak sopan kepada suaminya yang sekarang.

“Karena kondisi terakhir yang membuat suami saya sangat terpukul karena sikap tidak sopan kedua anak saya Aurel Azriel. Saya juga sebagai ibunya malu atas tindakan anak saya. Saya berharap juga suami saya memaafkan mereka,” tulis KD di akhir curhatannya.

Ternyata postingan itu juga memicu anak kedua Krisdayanti yang selama ini pendiam dan tidak banyak disorot kamera yaitu Azriel untuk bereaksi. Azriel mengaku sedih, dan dengan gamblang menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Postingan tanggapan KD Terhadap Aurel

Screenshot postingan KD yang membuat hubungannya dengan kedua anaknya (Aurel dan Azriel) menjadi kisruh

Berikut tulisan dan curhatan Azriel:

“Jiel sedih baca tulisan Mimi,daripada tulis begini kan Pipi selalu ajak mimi sama om ketemu duduk bareng tapi nggak pernah mau. Mimi lahiran Pipi dateng, bunda suka dateng ke rumah Mimi. Tapi Mimi sama Om tiap diundang nggak pernah dateng. Tapi Pipi Bunda selalu nutupin ke media.

Kaka aja sekarang kena marah Pipi karena posting tulisan itu, tapi bagi Jiel 5 bulan ini nggak ketemu yaudah ga papa tapi kalau hari besar Kaka apa Mimi nggak kasian.

Rasa sakit yang kita rasain beberapa tahun lalu apa pernah Mimi ngerti? Kalau kita nggak menghormati Mimi sampe kapan pun kita nggak akan baik sama Om, tapi setiap ketemu Om kita selalu baik selalu ngobrol selalu berusaha melupakan semua.

Karena sekarang kita lebih bahagia. Kesalahan kita hanya karena sakit hati pas konser Om nyindir Pipi yang nggak tau apa-apa dan pipi yang sabar selalu disindir oleh Om di medsos mulai dari ruko dan lain-lain.

Itu juga kita tidak menyakiti Mimi atau pun Om, kita hanya bela apa yang kita tau karena Pipi dan Bunda sama sekali tidak pernah nyuruh kita jahatin Om malah harus menghargai Om. Selalu aja fans Mimi yang kena Bunda sama Pipi lagi.

Apa mereka tau kehidupan Mimi dan Pipi dulu gimana tapi sok tau. Ada yang kata-katain Pipi macem-macem katanya curhatan Mimi padahal kita yang tau gimana dulu Mimi sama Pipi kan, Pipi selalu diem. Kalo pun Kaka ungkapin isi hati nya apa salah?

Jiel kaget Mimi bilang kata-kata gini. Rasa sakit kita tidak ada yang mampu mengobati sampe akhirnya sekarang kita bahagia itu nggak mudah mii.. Harusnya Mimi bahagia kita nggak depresi dan bisa seperti ini. Kalau kita nggak bisa ketemu kita sekolah tiap hari sampe jam 4 sore, dan saat mau ketemu Mimi pun mimi yang sibuk.

Sampe akhirnya 5 bulan ini Mimi nggak boleh ketemu kita. Ada bunda yang 5 tahun ini rela ngurus kita besarin kita sayangin kita harusnya Mimi kan seneng kita nggak terlantar dari dulu kita anak yang depresi sampe sekarang kita bisa begini nggak gampang Mii.

Jiel sama Kaka sudah besar sekarang. Masalah foto gimana mau posting foto kalau ketemu aja nggak pernah Mii? Mimi ibu yang melahirkan kita dan kita diajarkan Pipi nggak boleh jahat sama Mimi atau Om. Maaf udah buat mimi MALU punya anak kayak kita,” tulis Azriel dengan penuh perasaan pahit.

(dari berbagai sumber)

Kategori:revo

Inilah Bukti Nyata Peranan NAZI Jerman Di Indonesia Bagi Kemerdekaan Republik Indonesia 

2 September 2015 1 komentar
Inilah Bukti Nyata Peranan NAZI Jerman Di Indonesia Bagi Kemerdekaan Republik Indonesia
  

Republik Indonesia sudah merdeka selama 70 tahun semenjak dibacakannya teks Proklamasi Kemerdekaan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945. Banyak hal menarik seputar Proklamasi yang ternyata tidak banyak diketahui oleh masyarakat.

Ternyata, bisa dikatakan bahwa secara tidak langsung Nazi Jerman mempunyai ‘peranan’ terhadap jalannya Proklamasi Kemerdekaan. Dengan cara yang unik, mesin ketik yang biasa dipakai oleh awak Kriegsmarine (Angkatan Laut) Jerman pada waktu itu, menjadi factor penting dalam hal penulisan naskah Proklamasi Kemerdekaan bangsa kita tercinta! Fakta menarik lainnya adalah betapa miripnya naskah Proklamasi Kemerdekaan ini dengan dokumen asli yang diperuntukkan pada awak U-boat yang bermarkas di Jakarta!

Kisah nyata ini berawal pada malam tanggal 16 Agustus 1945, bertempat di rumah Laksamana Muda Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, Maeda (Minoru) Tadashi.

Sebuah draft baru saja disiapkan beberapa jam sebelumnya oleh Soekarno, Hatta, dan Soebardjo, yang dikerjakan di rumah Laksamana yang bersimpati kepada perjuangan bangsa Indonesia, di jalan Miyako-Doori 1, Jakarta. Maeda sendiri telah pulas tertidur di loteng rumahnya. Sebelumnya dia telah mengambil resiko dengan menyatakan persetujuannya terhadap ide kemerdekaan Indonesia, dan bahkan meminjamkan rumahnya sebagai tempat penyusunan naskah Proklamasi Kemerdekaan.

Naskah tersebut rencananya akan ditandatangani oleh 27 orang anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), yang sekaligus melambangkan keberagaman Negara Indonesia. Selain itu, hal tersebut juga terinspirasi pada semangat dari Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat. Tapi kemudian, rencana tersebut mendapatkan tentangan dari sejumlah aktivis muda, yang memandang bahwa Panitia yang dibentuk oleh Jepang itu terlalu Jepang-Sentris dan tidak mempunyai kekuatan untuk mandiri. Kekuatan Jepang yang merosot tajam di kancah Perang Asia akan memunculkan isu kredibilitas yang akan menghambat usaha pengakuan dari negara-negara lain bila kemudian Deklarasi tersebut selesai dibuat. Para aktivis muda tersebut melangkah lebih jauh lagi dengan menuntut supaya merekalah berenam yang akan menandatangani naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia! Akhirnya setelah debat yang panas, tercapai kompromi di antara kedua belah pihak yang berselisih, bahwa yang akan menandatangani naskah Proklamasi adalah Soekarno dan Hatta berdua saja, dengan sebelumnya mencantumkan ’atas nama bangsa Indonesia’.

Mesin Ketik Naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

Mesin ketik bersejarah milik Dr. Kandeler, perwakilan Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine) di Jakarta yang digunakan untuk mengetik naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

Tapi kemudian masalah yang tak terduga sebelumnya terjadi. Mesin ketik Jepang yang berada di rumah sang Laksamana tidak mempunyai huruf latin di dalamnya dan hanya huruf kanji! Untungnya, salah seorang dari mereka mengetahui dimana bias didapat mesin ketik yang diinginkan pada malam yang selarut itu. Beberapa orang yang hadir segera bergegas pergi menggunakan jip kepunyaan Maeda, Satsuki Mishima, untuk “meminjam” mesin ketik kepunyaan kantor perwakilan Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine) di Indonesia, Korvettenkapitän Dr. Kandeler. Sajuti Melik kemudian mengetikkan naskah yang super bersejarah ini untuk kemudian, keesokan harinya, naskah Proklamasi Kemerdekaan dibacakan oleh Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945.

Saat ini, mesin ketik kepunyaan Kriegsmarine yang digunakan untuk mengetik naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia telah “disemayamkan” di bangunan yang sama tempat dulu naskah tersebut didiktekan, yaitu di Museum Perumusan Naskah Proklamasi di jalan Imam Bonjol No.1, Menteng, Jakarta Pusat.

(Sejarah RI)

Kategori:revo

Bukti-bukti Keberadaan Armada Perang NAZI Jerman Dalam Pertempuran Di Indonesia 

Bukti-bukti Keberadaan Armada Perang NAZI Jerman Dalam Pertempuran di Indonesia
  

Tak banyak orang yang mengetahui bahwa selama penjajahan Jepang di bumi Indonesia (1942-1945), beberapa satuan kapal selam Jerman ikut “bercokol” disini untuk membantu Jepang dalam peperangannya melawan Sekutu di Asia (seperti diketahui, Jerman dan Jepang bersekutu melawan Amerika dan kawan-kawan selama berlangsungnya Perang Dunia II). Meskipun peranan mereka nyaris dilupakan dan bahkan tak banyak orang yang mengetahuinya, tapi satuan kapal selam Jerman ini, tak bisa dipungkiri, telah mewarnai salah satu babakan dalam sejarah Indonesia yang paling kelam.

Padahal peranan mereka bisa dikatakan penting mengingat betapa besarnya kerugian Sekutu akibat serangan dari kapal-kapal selam ini. Tercatat, 13 kapal laut, baik kapal perang maupun kapal barang, dan 1 buah pesawat tempur Sekutu menjadi korban keganasan satuan kapal selam Jerman yang biasa disebut Wolfpack ini. Dari pihak Jerman sendiri bukannya tidak menderita kerugian, tercatat 8 buah kapal selamnya yang ditenggelamkan oleh Sekutu (2 di antaranya ditenggelamkan sesudah Perang Dunia berakhir), dan 283 pelaut terbaiknya yang tewas!

Kapal-kapal selam Jerman (U-boat) bersiaga di samudera Hindia. Itu terjadi dalam Perang Dunia II. Bagi Jerman, itu merupakan sebuah keputusan politik strategis. Memang, kawasan ini jauh dari Jerman dan juga negara-negara taklukannya di Eropa dan Afrika. Yang pasti, armada kapal selam Asia Pasifik yang biasa disebut Wolfpack itu mempunyai jumlah personil terbesar setelah armada milik Jepang sendiri yang berbasis di perairan Indonesia. Penang, Jakarta dan Sabang adalah tempat yang biasa menjadi persinggahannya.

Medan pertempuran uta,a para U-boat tersebut sebenarnya di Atlantik Utara, meskipun sebenarnya satuan U-boat Jerman telah beroperasi di seluruh bagian perairan dunia kecuali Antartika! Meskipun U-boat yang bertugas di Timur Jauh tidak seterkenal yang lain, tapi sebenarnya lingkup tugas mereka membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit, juga jumlah U-boat yang banyak. Masalahnya terletak karena ketidakmampuan Jerman bila harus mengirim satuan kapal selamnya ke tempat-tempat yang jauh. Saat itu teknologi kapal selam belumlah secanggih sekarang. Karenanya, pada akhir tahun 1942 Hitler memutuskan untuk membangun saja pangkalan kapal selam di Asia, dan mulailah berdatangan selusin U-boat yang bertugas untuk menyerang kapal-kapal Sekutu di perairan tersebut, sekaligus menjadi ‘kurir’ mengangkut sumber daya alam mentah yang sangat dibutuhkan Jerman (yang paling utama adalah karet). Kenyataannya, dari total 41 U-boat yang pernah merasakan bertugas di perairan Indonesia, hanya dua yang kembali ke Jerman!

Grup pertama kapal selam Jerman yang berangkat adalah Gruppe Monsun, yang terdiri dari 11 kapal.

Awalnya, kehadiran U-boat Jerman di Indonesia menjalani hari-hari yang menyenangkan. Waktu itu situasinya masih sepi dari perang di laut. Namun, ketika memasuki tahun 1943, keadaan jadi genting, dan situasinya tak kalah berbahaya bila dibandingkan dengan situasi di Laut Utara.

Persekutuan NAZI Jerman dan Jepang di Indonesia

Foto pertemuan petinggi militer Jepang dan Jerman di Indonesia. Lokasi dan tahun tidak diketahui

Jepang menguasai seluruh semenanjung Asia di tahun 1943. Inggris disingkirkan, dan Belanda digusur dari bumi Indonesia. Hal ini membuat ketegangan di Pasifik Selatan meningkat. Inggris dan Belanda tentu saja tidak rela meninggalkan wilayah jajahan yang telah dikuasainya beratus tahun begitu saja. Mereka berusaha untuk kembali menuntut balas sekaligus berupaya merebut kembali bekas wilayah kolonialismenya. Mereka datang tidak sendiri-sendiri, tapi beserta kekuatan Sekutu lainnya.

Sebagai sekutu Jepang sejak berakhirnya Perang Dunia Pertama, Jerman konsisten berjuang bahu-membahu. Apalagi musuh yang dihadapinya disini adalah musuhnya juga di Eropa. Tak tanggung-tanggung, Jerman mengirimkan 8 kapal selamnya, U-859 dan UIT-23 (kapal selam eks Italia yang diserahkan untuk Jerman di Singapura, 10 September 1943). Kapal-kapal selam tersebut dipasang di Teluk Benggala sebagai pengaman pintu masuk di Selat Malaka, yang memakai Sabang dan Penang sebagai pelabuhan sandar.

Untuk mengawal Jawa hingga ke Laut Cina Selatan, di utara Jawa ditempatkan U-168 dan U-183. di Laut Selatan Jawa dipasang U-196. di perairan timur ditempatkan U-537. di samping itu, terdapat juga kapal-kapal selam U-195 dan U-219 yang turut mendukung operasi melawan Sekutu.

Dari berbagai pertempuran laut yang dijalaninya, para U-boat Jerman itu telah mencatat berbagai prestasi, juga kegagalan, terutama selama berada di perairan Indonesia dan sekitarnya. Memang buku-buku sejarah di Indonesia belum mencatat berbagai peristiwa itu, padahal banyak soal penting yang berkaitan dengan sejarah bangsa-bangsa. Tapi syukurlah, beberapa sejarawan dunia mencatatnya.

Invasi Jepang dan perkembangan perang menimbulkan krisis bahan baku, dan krisis itu juga dialami oleh Jerman. Di masa perang, Jerman amat membutuhkan timah, molybdenum, karet dan kina, yang semuanya harus didatangkan dari Timur Jauh. Seperti dicatat Bennet dalam bukunya yang berjudul Arca Domas, 90% kebutuhan kina dunia waktu itu dipenuhi oleh perkebunan Belanda di Jawa dan Sumatera yang telah jatuh ke tangan Jepang. Bagi Jerman, tidak mungkin mengangkut komoditi itu tanpa pengawalan angkatan laut, mengingat pelayaran yang panjang lagi berbahaya ke Eropa.

Untuk mengamankan dan membangun transportasi tertutup, Jerman memodifikasi kapal-kapal selamnya menjadi kapal kargo. Kapal U-219 yang tadinya berada di Prancis ditarik kembali untuk mengambil lempengan logam di Timur Jauh. Begitu pula U-180, U-195, dan U-234, yang tadinya dipakai sebagai kapal selam tempur, dikonversi menjadi kapal selam transportasi barang! Betapa pentingnya “misi transportasi” ini dibuktikan dari fakta ketika pada pertengahan musim gugur tahun 1945 dalam saat-saat terakhir kekuasaan Hitler, kapal-kapal selam ini masih berlayar ke Timur Jauh! Namun kapal-kapal selam U-234, U-874, dan U-875, yang memuat 170 ton merkuri, lempengan logam, dan gelas optik, tidak pernah kembali ke Eropa dan entah dimana hilang dan karamnya!

Pada akhir perang, terdapat 250 orang serdadu Jerman di Indonesia yang diangkut dengan kapal selam. Sementara itu, Perang Kemerdekaan berkecamuk antara Indonesia dan Belanda. Pada waktu itu sejumlah orang di antara mereka (serdadu-serdadu Jerman) tewas : tiga perwira dibunuh oleh orang Indonesia, lima lainnya ada yang meninggal karena sakit dan ada pula yang tertembak dalam perjalanan kereta api dari Bandung ke Jakarta. Jadi, delapan orang Jerman tewas selama periode tersebut. Sisanya menyelamatkan diri di pulau Onrust, sebelum dipulangkan kembali ke Jerman tahun 1946.

Serdadu-serdadu Jerman yang meninggal di Indonesia dimakamkan di Arca Domas, Cikopo, yang berada di kaki Gunung Pangrango, Bogor. Di pemakaman tersebut terdapat tugu yang didirikan pada tahun 1926 sebagai peringatan atas Skuadron Asiatik (Ostasiatischen Beschwader), satuan angkatan laut Jerman pada Perang Dunia I yang melakukan tugas perang di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada tanggal 1 November 1914 mereka melakukan konvoy besar-besaran di Coronel, perairan Chili. Dari situ mereka melakukan pelayaran ke Buenos Aires. Disana kapal perang Inggris yang berpangkalan di kepulauan Falkland (Malvinas) menghadang dan menyerang mereka. Dari sekian banyak kapal, hanya satu yang selamat, dan banyak serdadu Jerman yang tewas!

Kembali ke pemakaman Cikopo. Kuburan itu juga merupakan jejak tersendiri bagi kolonialisme Eropa di Hindia Belanda. Di situ orang bisa mengingat betapa Jerman bukan hanya pernah mengirim serdadu ke sini, tapi orang Jerman juga pernah membuka perkebunan yang amat luas disini yang kemudian sebagian kecil darinya menjadi kompleks pekuburan yang kini menjadi Arca Domas.

Tugu Pahlawan Jerman, Arca Domas adalah sebuah kompleks yang terdiri dari sebuah tugu dan tanah pekuburan dengan sepuluh makam tentara Jerman dengan nisan berbentuk salib besi berwarna putih salju. Delapan nisan masih dikenal namanya, sementara dua lagi sudah tidak dapat dikenali dan tidak bernama. Dari batu-batu nisan ini dapat diketahui bahwa para tentara Jerman yang dimakamkan di situ meninggal dunia pada 1945. Bentuk salib nisannya menyerupai tanda tambah dan sangat besar dan berbeda dengan salib Belanda. Kompleks pekuburan kecil ini dinaungi sebuah pohon besar yang tinggi dan sangat rindang.

Tanah tempat dibangunnya makam tentara Jerman ini mulanya adalah milik dua orang Jerman bersaudara, yaitu Emil dan Theodor Hellferich. Mereka membeli tanah seluas 900 hektar di situ dan kemudian dan membangun pabrik dengan keuntungan dari perkebunan teh. Pabrik teh yang dibangun di sini dilengkapi dengan kabel pengangkut untuk membawa daun teh dari perkebunan ke pabrik.

Kakak tertua dari dua bersaudara ini adalah Karl Helfferich, yaitu mantan wakil perdana menteri di bawah Kekaisaran Jerman-Austria. Karena itulah kedua orang saudaranya kemudian membangun sebuah monumen untuk memperingati Deutsch-Östasiatisches Geschwader (Armada Jerman Asia Tenggara) yang dipimpin oleh Admiral Graf Spee yang ditenggelamkan oleh tentara Britania. Di monumen tersebut ditulis kata-kata dalam bahasa Jerman yang berbunyi: “Untuk para awak Armada Jerman Asia Tenggara yang pemberani 1914. Dibangun oleh Emil dan Theodor Helfferich.” Sebagai penghargaan pada agama tua yang telah ada di Jawa, mereka juga membangun patung Buddha dan Ganesha di kedua sisi monumen itu.

Tugu ini diresmikan pada 1926 ketika kapal penjelajah Jerman “Hamburg” berkunjung ke Jawa. Seorang perwira muda kapal itu, Hans-Georg von Friedeburg, menulis tentang upacara itu dalam bukunya yang berjudul “32 000 Seemeilen auf blauem Wasser: Erlebnisse auf der Weltreise des Kreuzers ‘Hamburg'” (“32.000 mil laut di laut biru: Pengalaman dalam perjalanan keliling dunia dengan kapal penjelajah “Hamburg”) . Von Friedeburg di kemudian hari menjadi Admiral Jenderal dan mengakhiri hidupnya pada 23 Mei 1945 karena Jerman menyerah kalah dalam Perang Dunia II. Anak laki-lakinya, Ludwig von Friedeburg, adalah seorang sosiolog terkenal dan antara 1969-1974 menjadi menteri pendidikan di negara bagian Hessen, Jerman.

Pada 1928, Helfferich bersaudara kembali ke Jerman. Mereka menyerahkan kepercayaan pengelolaan perkebunan teh itu kepada Albert Vehring dari Bielefeld. Vehring telah banyak berpengalaman dalam mengelola perkebunan teh di Niugini.

Ketika Jerman menginvasi Belanda pada 1939, pemerintah Belanda menangkapi orang-orang Jerman yang ada di Indonesia, termasuk Albert Vehring. Perkebunan Helfferich pun diambil alih oleh Belanda. Di kemudian hari, setelah invasi Jepang ke Indonesia, Vehring berhasil bebas dan pemerintah Jerman memproklamasikan berdirinya Republik Nias. Fischer, Komisaris perusahaan Bosch, diangkat menjadi perdana menteri, sedangkan Albert Vehring menjadi menteri luar negeri.

Bersama dengan kedatangan tentara Jepang ke Indonesia, kembali pula pengaruh Jerman di wilayah ini. Pada Mei 1943, Angkatan Laut Jerman mendapat persetujuan militer Jepang untuk melakukan usaha dagang di Indonesia. Atas persetujuan Jepang pula, tanah dan vila Helfferischs di perkebunan teh Cikopo dekat Arca Domas dikembalikan kepada pihak Jerman. Albert Vehring pun kembali ke tempat itu. Daerah perkebunan ini dijadikan tempat istirahat bagi awak kapal setelah melakukan pelayaran panjang mengelilingi Afrika.

Taman makam pahlawan Jerman ini dipelihara oleh Organisasi Perawatan Taman Makam Pahlawan Jerman. Karena peraturan pemerintah Indonesia, tanah Arca Domas ini tidak dapat dibeli oleh pemerintah Jerman.

Tugu Pahlawan Jerman ini terletak di lereng Gunung Pangrango, sekitar 15 km dari Gadog, Ciawi, Jawa Barat. Jalan menuju makam ini sangat sulit dan sempit.

Jika ditempuh dari jalan raya Cikopo Selatan, perlu waktu sekira setengah jam untuk sampai ke lokasi makam di Kampung Arca Domas, Desa Sukaresmi, Kec. Megamendung, Kab. Bogor. Akan tetapi, kendaraan harus “berjibaku” dulu menempuh jalan berbatu tanpa aspal dengan jurang di satu sisi.

Makam sepuluh orang angkatan laut Nazi Jerman, dua di antaranya awak kapal selam U-195 dan U-196, di Kampung Arca Domas Desa Sukaresmi Kab. Bogor, menjadi saksi bisu kehadiran pasukan Nazi Jerman di Indonesia pada Perang Dunia II. Anehnya, tidak banyak warga setempat yang tahu keberadaan makam tentara Jerman tersebut. Mereka hanya tahu ada tempat pemakaman di ujung jalan. Padahal, di tempat terpencil itu terbaring jasad sepuluh tentara Angkatan Laut Nazi Jerman (Kriegsmarine) yang meninggal di Indonesia, sesaat setelah Jepang menyerah pada Sekutu, Agustus 1945.

Luas areal pemakaman yang diteduhi pohon kamboja itu, kira-kira 300 meter persegi. Sekeliling makam ditumbuhi tanaman pagar setinggi satu meter. Pintu masuknya dihalangi pagar bambu. Dekat pintu masuk, berdiri tugu peringatan Deutscher Soldatenfriedhof yang dibangun Kedubes Republik Federal Jerman di Jakarta untuk menghormati prajurit Jerman yang gugur.

Mereka adalah Komandan U-195 Friederich Steinfeld dan awak U-195, Dr Heinz Haake. Lainnya adalah pelaut Jerman, Willi Petschow, W. Martens, Wilhelm Jens, Hermann Tangermann, Willi Schlummer, Schiffszimmermann (tukang kayu kapal laut) Eduard Onnen. Dua nisan terpisah adalah makam tentara tidak dikenal (Unbekannt).

Makam itu terletak di lahan Afdeling Cikopo Selatan II Perkebunan Gunung Mas. Dahulu, makam itu dirawat PT Perkebunan XII (kini PT Perkebunan Nusantara VIII) selaku pengelola Perkebunan Gunung Mas, namun sejak beberapa tahun terakhir perawatan makam dibiayai pemerintah Jerman. Lahan yang bersebelahan dengan makam tadinya areal tanaman teh dan kina. Akan tetapi, tanaman tersebut habis dijarah, beberapa tahun lalu.

Pengamat sejarah militer Jerman di Indonesia, Herwig Zahorka, mengatakan bahwa Letnan Friederich Steinfeld meninggal di Surabaya akibat disentri dan kurang gizi saat ditawan Sekutu. Keterangan ini diperoleh dari mantan awak U-195 yang bermukim di Austria, Peter Marl (82 tahun) dan mantan awak U-195 lainnya, Martin Müller yang datang ke makam tahun 1999.

Sedangkan Letnan Satu Laut Willi Schlummer dan Letnan Insinyur Wilhelm Jens, tewas dibunuh pejuang kemerdekaan Indonesia dalam Gedung Jerman di Bogor, 12 Oktober 1945. Kemungkinan, mereka disangka orang Belanda apalagi aksen bahasanya mirip.

Letnan Laut W. Martens terbunuh dalam perjalanan kereta api dari Jakarta ke Bogor. Kopral Satu Willi Petschow meninggal 29 September, karena sakit saat di Perkebunan Cikopo, serta Letnan Kapten Herman Tangermann meninggal karena kecelakaan pada 23 Agustus tahun yang sama.

“Kendati saat itu terjadi salah sasaran karena disangka orang Belanda, namun kemudian banyak orang Indonesia mengenali ternyata mereka orang Jerman. Ini kemudian menjadikan hubungan tersebut menjadi persaudaraan,” kata Zahorka, pensiunan direktur kehutanan Jerman, yang bermukim di Bogor dan menikahi wanita Indonesia.

Mengenai keberadaan dua arca di makam tersebut, Zahorka mengatakan, arca-arca itu sengaja disimpan sebagai penghormatan kepada budaya warga setempat.

Warga Kampung Arca Domas, Abah Sa’ad (76 th), seorang saksi hidup peristiwa penguburan tentara Jerman di kampungnya, Oktober 1945. Saat itu, usianya 15 tahun. Ia ingat, prosesi pemakaman dilakukan puluhan tentara Nazi Jerman secara kemiliteran. Peristiwa itu mengundang perhatian warga.

“Waktu itu, masyarakat tidak boleh mendekat. Dari kejauhan, tampak empat peti mati diusung tentara Jerman, serta sebuah kendi yang katanya berisi abu jenazah. Tentara Jerman itu berpakaian putih, dengan dipimpin seorang yang tampaknya komandan mereka karena menggunakan topi pet,” tuturnya.

Sepengetahuan Abah Sa’ad, mulanya, makam tentara Jerman itu hanya ditandai nisan salib biasa, sampai kemudian ada yang memperbaiki makam itu seperti sekarang.

Keasrian dan kebersihan makam tersebut tidak lepas dari peran penunggu makam, Mak Emma (65) yang dibiayai Kedubes Jerman dua kali setahun. ” Biasanya, setiap tahun ada warga Jerman yang menjenguk makam pahlawan negaranya itu,” ujarnya.

Namun, dia kurang tahu sejarah makam itu karena baru diboyong suaminya (pensiunan karyawan Perkebunan Gunung Mas) 10 tahun lalu. Ia meneruskan pekerjaan suaminya (alm.) menjadi kuncen.

Kini, setiap tahun minggu kedua bulan November, yang merupakan Hari Peringatan (Commemoration Day) di Jerman, banyak orang Jerman disini yang mempunyai kebiasaan untuk berziarah ke Cikopo dan mengadakan upacara untuk mengenang korban perang.

(Sejarah RI)

Kategori:revo

Tren Selfie Dengan Baju Tas Plastik Keresek Yang Kini Menjadi Sensasi   

Tren Selfie Dengan Baju Tas Plastik Keresek Yang Kini Menjadi Sensasi

Asia memang gudangnya tren unik yang dalam waktu singkat langsung menjadi sensasi ke seluruh dunia. Seperti tren selfie dengan busana unik ini. Disebut unik karena para wanita cantik ini berpose dengan pakaian dari tas plastik keresek.

Mungkin kita bertanya, apakah hal tersebut tidak membuat gerah? Tak ada penjelasan. Ke mana sajakah saat pemakainya berbaju tas keresek? Hanya ada dalam foto. Di Taiwan saat ini sedang musim anak muda br-selfie dengan baju dari tas keresek. Tren ini mendadak langsung menjadi heboh di seluruh dunia.

Tas Plastik Keresek Sebagai Pakaian

Sungguh kreatif, ternyata tas plastik keresek bisa dimanfaatkan sebagai pakaian

Saat dipakai, tas keresek dari toko itu mirip body suit atau pakaian renang. Namun ada juga yang menggunakan kantong besar seukuran kantong sampah.

Tren selfie dengan busana dari kantong plastik keresek

Wanita cantik ini malahan terlihat makin menarik saat mengenakan busana dari tas plastik keresek. Anda setuju?

Foto-foto selfie dengan busana gila ini awalnya tersebar dari sebuah grup di Facebook yang tertutup. Gambar-gambar itu kemudian beredar di media. Tak hanya menampakkan wanita karena pria juga ada.

Tren selfie dengan busana kantong plastik keresek

Salah satu gadis yang sering memposting foto selfienya dengan busana dari kantong plastik kresek

Di Indonesia sebenarnya sudah biasa anak kecil menggunakan tas keresek untuk rompi saat bermain air di kali, begitu pula di negeri tetangga seperti Malaysia dan Thailand. Jepretan Eric Madeja dari Treasure Images di Sabah, Malaysia, tentang anak berbaju rompi beberapa tahun lalu beredar di sejumlah blog, misalnya ChoeJessica dan LylaEnterprise.

Pose yang cukup menantang dengan mengenakan busana dari tas plastik keresek

Kantong belanja telah mengilhami perancangan baju, dari yang serius seperti yang dicontohkan dalam Brit+Co hingga untuk perpeloncoan di Indonesia.

foto selfie dengan busana dari tas plastik kresek

Gadis Inggris pun tidak ingin ketinggalan tren

Taiwan termasuk negeri yang membatasi tas keresek. Begitu pun dengan Bangladesh, Taiwan, Kenya, dan Rwanda. Apakah larangan di sejumlah negeri tadi ditaati, itu soal lain. Namun bisa jadi tren ini merupakan salah satu bentuk sindiran kepada pemerintah Taiwan

(Daily Mail, Mirror, New York Magazine)

Kategori:revo
%d blogger menyukai ini: