Arsip

Posts Tagged ‘indomie’

Om Liem Simpan Rahasia Hingga Akhir Hayatnya

13 Juni 2012 1 komentar
https://i0.wp.com/static.inilah.com/data/berita/foto/1871303.jpg

Liem Sioe Liong yang akrab disapa Om Liem, sudah sekitar satu dekade tidak terdengar lagi kiprahnya di Indonesia. Hanya orang-orang tertentu saja yang tahu Om Liem sudah menetap di Singapura.Namun kendati sudah lama tidak pernah terdengar kiprahnya, begitu Om Liem dikabarkan meninggal dunia Minggu (10/6/2012), kabar kepergiannya untuk selama-lamanya itu, dengan cepat tersebar ke seluruh strata masyarakat. Hal ini menandakan, Om Liem sudah menjadi sosok yang dikenal luas masyarakat di Indonesia.

Kabarnya banyak yang ingin melayat, memberi penghormatan terakhir kepada almarhum. Tapi begitu tahu bahwa jenazahnya disemayamkan di Singapura, mereka yang ingin melayat pun mengubah niatnya. Sebab untuk ke Singapura, sekalipun jaraknya dekat, tetap membutuhkan biaya tidak kecil dan tentu saja mengorbankan waktu.

Maka mereka yang tidak jadi melayat ke Singapura berharap akan memberi penghormatan terakhir kepada almarhum, di saat jenazahnya dibawa ke Jakarta untuk dikebumikan. Tapi kabar terakhir menyebutkan, jenazah Om Liem akan dikubur di negara kota berpenduduk 5 juta jiwa itu. Para calon pelayat itu pun cukup banyak gigit jari.

Mereka yang kecewa terutama para karyawan dan karyawati perusahaan induk dan anak-anak perusahaan milik Om Liem atau Salim Grup. Jumlah mereka diperkirakan mencapai puluhan ribu orang dan tersebar di berbagai tempat atau kota di Indonesia.

Belum termasuk para bekas karyawan dari kelompok usaha Salim Grup baik yang sudah pensiun atau berpindah tempat bekerja, tapi masih merasa punya ikatan emosional dengan pendiri konglomerasi BCA, Indosiar, Indofood, Indomie, Indomobil dan Indomart tersebut.

Masyarakat yang ingin melayat memang diberi kesempatan hingga 17 Juni 2012. Tetapi tetap saja untuk melayat ke rumah duka Mount Vernon Funeral Parlours, Singapura, tempat jenazah Om Liem disemayamkan, merupakan sebuah persoalan tersendiri.

Lalu timbul pertanyaan, mengapa jenazah Om Liem tidak dikubur di Indonesia? Ada apa? Pertanyaan ini wajar, masuk akal dan memang pantas diajukan. Karena sejauh ini Om Liem dikenal sebagai warga negara Indonesia. Bukan warga Singapura.

Sejauh ini memang tidak ada penjelasan resmi dari pihak keluarga mengapa jenazah Om Liem tidak dikubur di negara tempat dimana ia berhasil membangun sebuah konglomerasi bisnis terbesar di Indonesia.Spekulasi pun beredar bahwa Om Liem ataupun keluarganya, pasti memiliki alasan kuat.

Spekulasi pun kemudian menyentuh soal rumah kediaman Om Liem di Jl Gunung Sahari, Jakarta. Rumah itu sebagiannya sudah hangus terbakar. Rumah itu menempati sebuah kompleks yang cukup luas dan tidak berada di kawasan elit. Bagian belakangnya, ada jalur rel kereta api yang setiap hari memancarkan suara bising ke rumah-rumah penduduk sekitar.

Kediaman itu, sebagian bangunannya tidak lagi diperbaiki atau direnovasi. Semenjak kediaman itu menjadi sasaran amukan massa yang anarkis pada saat kerusuhan rasial Mei 1998, bekas bangunan yang terbakar tetap dibiarkan menjadi puing. Rumah kediaman Om Liem menjadi sasaran amukan massa tidak lama setelah Presiden Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden per 21 Mei 1998.

Mudah ditebak, mengapa kediaman Om Liem menjadi sasaran? Yah karena Om Liem selama bertahun-tahun dikenal sebagai seorang konglomerat yang paling dekat dengan penguasa Orde Baru itu. Om Liem dengan julukan sebagai salah seorang manusia terkaya di dunia pada era itu, dianggap menjadi kaya raya berkat kedekatannya dengan Presiden Soeharto.

Ketidak sukaan kepada Soeharto dilampiaskan kepada sahabatnya, Om Liem. Massa yang tidak berani atau tak mampu merangsek ke kediaman Soeharto di Jl.Cendana, Jakarta Pusat, lalu mengalihkan kekesalan mereka ke rumah Om Liem.

Kedekatan Om Liem dengan Soeharto dinilai terlalu berlebihan. Antara lain karena kedekatan itu telah menimbulkan ketidak adilan dalam pembagian kue bisnis. Duet Soeharto-Om Liem ditengarai sebagai pihak yang menumbuhkan KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme).

Hanya saja yang menjadi ironi adalah sekalipun Soeharto juga dianggap sebagai orang yang ikut bersalah dalam membangun pemerintahan dengan cara KKN, akan tetapi Soeharto tidak dikejar-kejar seperti Om Liem.

Terhadap kejadian diskriminatif yang menimpa Om Liem ini, tidak pernah dibuka oleh taipan asal China daratan tersebut. Maklum Om Liem tergolong pengusaha yang tidak banyak atau tidak suka berbicara banyak.

Om Liem tidak sama dengan kebanyakan pengusaha nasional yang senang berbicara kepada pers, mengumbar kesuksesannya di dalam bisnis. Om Liem dikenal sebagai pengusaha sukses yang high profit but low profile. Om Liem jarang terlihat minta difoto bersama dengan para pejabat atau penguasa.

Kebiasaan ini menurun kepada Anthony Salim, salah seorang puteranya yang kemudian dikenal sebagai pewaris dan penerus kerajaan bisnis Salim Grup. Om Liem dan Anthony Salim merupakan contoh positif dari pengusaha sukses yang selalu menghindar dari kegiatan pencitraan.

Setiap masalah yang muncul dan dapat berakibat rusaknya citra Salim Grup, mereka hadapi dengan penyelesaian yang tidak berisik. Atau ibarat orang menangkap ikan dari sebuah kolam, ikannya berhasil ditangkap, tetapi airnya tidak menjadi keruh.

Pada 1990-an awal misalnya, Indomilk, salah satu anak perusahaan Salim Grup didera isu yang menyebutkan bahwa produk tersebut punya kandungan lemak babi. Jelas isu ini sangat sensitif dan dapat membahayakan eksistensi kelompok usaha Salim Grup.

Namun dalam waktu singkat isu sensitif itu berhasil diredam tanpa menyenggol Om Liem ataupun putera mahkotanya. Yang tampil sebagai penangkal isu adalah staf profesionalnya seperti Eva Ryanti Hutapea yang menggandeng sejumlah pakar komunikasi dan biro iklan.

Pembakaran rumah kediaman Om Liem di Jl. Gunung Sahari pernah menjadi salah satu topik di acara talk show sebuah tv swasta. Anton Medan, seorang bekas narapidana yang menjadi mubaligh, secara terbuka menjelaskan bagaimana peranan dan alasan massa menjadikan rumah Om Liem sebagai sasaran.

Pemirsa yang mengikuti penjelasan Anthon Medan, cukup terkejut dan bahkan ada yang berspekulasi, kemungkinan akan ada reaksi dari Om Liem atau putera-puterinya. Namun reaksi itu tidak terjadi sama sekali.

Om Liem diam seribu bahasa. Hingga ia menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam usia 97 tahun. Om Liem tidak pernah berbicara tentang kesulitan dan kesuksesannya selama menjadi warga Indonesia yang mempekerjakan puluhan ribu karyawan.

Rahasia itu dibawanya hingga ke alam baka. Hanya satu yang disampaikannya kepada anggota keluarganya. Yaitu ia mengubah keinginannya untuk dikubur di luar wilayah Indonesia. Selamat jalan Om Liem. [mdr]

sumber :