Arsip

Archive for 6 Juni 2013

Orang Baik Itu Istimewa

http://static.republika.co.id/uploads/images/kanal_sub/sedekah-ilustrasi-_120309

Kenapa sih harus kita yang mengalah? Kenapa sih harus kita yang bersabar? Kenapa sih kok harus kita yang bermanis muka kepada orang lain? Kenapa sih harus kita yang lebih giat bekerja sementara orang lain bermalas-malasan? Kenapa sih kok harus kita yang harus selalu berbuat baik, berbuat baik, dan berbuat baik lagi?
Ya, memang kita yang harus mengalah, bersabar, bermanis muka, giat bekerja dan berbuat aneka kebaikan. Karena kita ingin menjadi orang baik yang sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya. Karena kita tak ingin hanya baik di angan-angan saja, tapi baik dalam kenyataannya baik dihadapan manusia maupun di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka orang yang baik ya harus beramal (berbuat) baik. Kalau beramal buruk berarti jadilah kita orang yang buruk atau jahat. Tentu kita inginnya jadi orang baik dan tak kepingin jadi orang jahat (Na’udzubillahi min dzalik).
Seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, yang bagaimanakah orang yang baik itu?” Nabi Saw menjawab, “Yang panjang usianya dan baik amal perbuatannya.” Dia bertanya lagi, “Dan yang bagaimana orang yang paling buruk (jahat)?” Nabi Saw menjawab, “Adalah orang yang panjang usianya dan jelek amal perbuatannya.” (HR. Ath-Thabrani dan Abu Na’im)
Saudaraku, kebaikan memang butuh perjuangan serta sering bertentangan dengan hawa nafsu dan keinginan kita. Berbuat baik memang harus mengalahkan sifat ananiyyah (ego) kita. Karena perbuatan baik itu juga balasannya sangat baik dan besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Meski demikian Allah tidak pernah memaksa kita kok untuk jadi orang baik. Bahkan soal keimanan sekalipun Allah memberi kebebasan buat kita memilih. Yang mau kafir-kafir lah! Yang mau beriman berimanlah dengan sebenar-benarnya. Yang mau jadi penjahat jadilah penjahat dan tunggulah pembalasan (azab) Nya.Dan yang ingin berbuat ikhsan (baik) berbuat ikhsan lah dengan jaminan bahwa perbuatan ituakan membuat kita meraih bahagia yang sejati lagi abadi.
Menjadi orang baik di mata Allah memang tidak mudah, kita harus mulai dengan mengokohkan keimanan, mengendalikan hawa nafsu dan meneguhkan tekad untuk istiqomah di dalamnya.
Meneguhkan keimanan agar kita tak pernah ragu bahwa apa yang kita lakukan akan membawa keuntungan besar yang tidak ada taranya dibanding kesusahan kita dalam melaksanakannya. Maka dengan keimanan inilah kita akan dapat mengendalikan hawa nafsu dan sekaligus bisa kuat untuk istiqomah diatas kebaikan tersebut.
Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman. (HR. Ath-Thabrani)
Janganlah kamu menjadi orang yang “ikut-ikutan” dengan mengatakan “Kalau orang lain berbuat kebaikan, kami pun akan berbuat baik dan kalau mereka berbuat zalim kami pun akan berbuat zalim”. Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berprinsip, “Kalau orang lain berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan pula dan kalauorang lain berbuat kejahatan kami tidak akan melakukannya”. (HR. Tirmidzi)
Saudaraku tak akan sama emas dengan tembaga, jelas beda antara padi dengan ilalang. Meskiun kadang di mata manusia yang ‘rabun’ terlihat sama, namun sejatinya tetap tak akan luput dari pandangan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bahkan kala kita merahasiakan kebaikan yang kita lakukan, kita akan mendapat nilai lebih di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak ada yang rugi dari perbuatan baik meski diketahui maupun tidak oleh manusia lain.
Seorang sahabat berkata kepada Rasulullah, “YaRasulullah, seseorang melakukan amal (kebaikan) dengan dirahasiakan dan bila diketahui orang dia juga menyukainya (merasa senang).” Rasulullah Saw berkata, “Baginya dua pahala yaitu pahala dirahasiakannya dan pahala terang-terangan.” (HR. Tirmidzi)
Jadi, jangan lelah berbuat baik meski tidak ada orang yang melihat dan memujinya. Jangan lemah semangat meski kebaikan kita tak diakui bahkan mungkin dikhianati oleh manusia. Kita berbuat baik adalah karena kita ingin menjadi manusia istimewa di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita berbuat baik bukan untuk dipuji dan disanjung, tapi untuk meraih ridho dan rahmat-Nya. Agar Dia ridho dengan hidup dan mati kita, sehingga eridhoan itu mendatangkan rahmat yang termat sangat kita butuhkan untuk masuk dalam surga-Nya Allah Ta’ala. Adakah yang lebih penting dari keridho’an-Nya?
Sang teladan agung kita, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: Seorang masuk surgabukan karena amalnya tetapi karena rahmat Allah Ta’ala. Karena itu bertindaklah yang lurus (baik dan benar). (HR. Muslim)
Saudaraku, Orang Baik Itu Istimewa..

Sumber

Posted by Wordmobi

Kategori:revo

Hidup Mandiri

http://static.republika.co.id/uploads/images/kanal_sub/kaligrafi-nama-nabi-muham

Abdurrahman bin Auf adalah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat mahir dalam berdagang. Di Kota Madinah, Rasulullah mempersaudarakankaum Muhajirin dengan Anshar. Abdurrahman dipersaudarakan dengan Sa’ad ibnu Arrabil Alausari, orang yang kaya raya di daerah tersebut.
Suatu hari, Sa’ad berkata kepada Abdurrahman, “Hartaku akan kubagi menjadi dua bagian dan separuhnya untukmu. Pilihlah istriku yang kamu sukai nanti aku ceraikan, dan kamu nikahi.” Mendengar tawaran itu, Abdurrahman menjawab, “Semoga Allah memberkahi keluarga dan hartamu. Tunjukkan saja di mana tempat pasar perdagangan di Madinah.” Sa’ad menjawab, “Oh baiklah, ada, yakni Pasar Bani Qainuqa.”
Kemudian, Abdurrahman memulai usahanya dengan berdagang keju dan minyak samin. Namun, tidak lama kemudian dia sudah dapat mengumpulkan sedikit uang dari usaha keuntungan dagangnya. Pada suatu hari, Rasulullah bertanya kepada Abdurrahman, “Apakah kamu sudah menikah?”
Abdurrahman menjawab, “Benar, ya Rasulullah.” Nabi SAW kembali bertanya, “Dengan siapa?” “Dengan wanita Anshar,” jawabnya. Nabi SAW bertanya lagi, “Berapa mahar yang kamu berikan?” Abdurrahman menjawab, “Sebutir emas” (maksudnya emas seberat sebutir kurma).
Kemudian, Rasulullah SAW menyuruhnya untuk mengadakan walimah meskipun dengan seekor kambing. Lalu, Abdurrahman mengundang kaum Muhajirin dan Anshar dalam suatu walimah sebagai pengumuman tentang pernikahannya.
Salah satu pelajaran (ibrah) yang dapat diambil dari kisahdi atas adalah sikap untuk tidak menjadi beban hidup orang lain alias harus bisa hidup mandiri dengan memiliki pekerjaan yang halal. Meskipun pekerjaan itu sedikit hasilnya lebih baik daripada mendapatkan hasil (keuntungan) yang banyak tetapi dari usaha yang tidak jelas kehalalannya.
Karena itu, Islam sangat menghargai seorang pekerja keras. Bahkan, makanan yang dihasilkan dari usaha keringat sendiri itu lebih baik daripada dari hasil belas kasihan orang lain. Apalagi, hasil dari cara-cara yang tidak halal ,seperti mencuri, menipu, menguras uang negara, dan sejenisnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada sesuatu makanan yang baik melebihi apa yang dihasilkan dari usahanya sendiri. Nabi Daud makan dari hasil usahanya sendiri.” (HRBukhari). Dalam hadis yang lain Rasulullah menegaskan bahwa mencari rezeki (pekerjaan) yang halal adalah wajibbagi setiap muslim setelah kewajiban-kewajiban yang lainnya (HR Thabrani).
Sehingga, jika seseorang tertidur kelelahan karena mencari rezeki yang halal maka tidurnya itu akan dipenuhi dengan ampunan dari Allah SWT (HR Imam Tabrani). Subhanallah. Wallahu a’lam.

sumber

Posted by Wordmobi

Kategori:revo

Dahsyatnya Shalat Subuh

http://static.republika.co.id/uploads/images/kanal_sub/shalat-subuh-berjamaah-_1

Sahabat yang semoga dirahmati Allah Swt, ada seorang bapak telah mendapat surat peringatandari kantornya karena selalu telat datang ke kantor. Maka untuk menghindari surat peringatan yang berikutnya, ia selalu berusaha bangun pagi agar tidak telat lagi. Lihatlah betapa bapak ini begitu taat dan takut kalau diadatang kesiangan ke kantor karena aturan manusia.
Sekarang pernakah kita berpikir berapa kali kitasering telat bangun pagi untuk shalat subuh berjamaah? Dan pernahkah kita merasa takut akan surat peringatan dan sanksi dari Allah Swt, sebagaimana bapak yang di atas begitu takut terkena sanksi dari atasannya.
Rasulullah saw pernah bersabda, sesungguhnya Shalat Subuh dan dan Sholat Isya’ secara berjamaah di masjid sangat sulit dikerjakan olehorang-orang yang munafik. Maukah sanksi dan gelar ini melekat pada diri kita? Tentu tidak. Maka marilah kita bangun pagi untuk melaksanakan perintah Allah. Sebagaimana bapak tersebut tidak mau kesiangan karena perintah atasannya.
Allah Swt akan mengubah apa yang terjadi di muka bumi ini dari kegelapan menjadi keadilan,dari kerusakan menuju kebaikan. Semua itu terjadi pada waktu yang mulia, ialah waktu Subuh.
Berhati-hatilah, jangan sampai tertidur pada saat yang mulia ini. Allah Swt akan memberikan jaminan kepada orang yang menjaga salat Subuhnya, yaitu terbebas dari siksa neraka jahanam.
Diriwayatkan dari Ammarah bin Ruwainah ra, ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Tidak akan masuk neraka, orang yangsalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam matahari’.” (HR Muslim).
Shalat Subuh merupakan hadiah dari Allah Swt. Hadiah ini tidak diberikan, kecuali kepada orang-orang yang taat lagi bertobat. Hati yang diisi dengan cinta kemaksiatan, bagaimana mungkin akan bangun untuk shalat Shubuh
Orang munafik tidak mengetahui kebaikan yangterkandung dalam shalat Subuh berjamaah di masjid. Sekiranya mereka mengetahui kebaikanyang ada di dalamnya, niscaya mereka akan pergi ke masjid, bagaimanapun kondisinya, seperti sabda Rasulullah saw, ” Maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak.”
Red: Heri Ruslan

sumber

Posted by Wordmobi

Kategori:revo

Penyapu Masjid

http://static.republika.co.id/uploads/images/kanal_sub/kaligrafi-muhammad-saw-il

Perempuan hitam yang biasa menyapu masjid itu meninggal dunia. Nabi saw tidak diberi tahu oleh para sahabat akan kematiannya.
Maka, saat Nabi masuk masjid dan tidak melihatnya, beliau bertanya tentang perempuanitu, “Di mana dia dan apa kabarnya?” Para sahabat baru menyampaikan bahwa ia telah meninggal dunia.
Ada kesan para sahabat menganggap kecil urusan tersebut sehingga merasa tak perlu mengabarkannya kepada Nabi.
Nabi (marah seraya) berkata, “Mengapa kalian tidak memberitahukan hal itu kepadaku? Tunjukkan di mana kuburannnya!” Lalu, Nabi pun mendatangi kuburannya dan shalat (jenazah) di atasnya.
Kisah di atas disebutkan dalam kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, dan kitab-kitab hadis lainya. Maka, kisah di atas adalah sahih, tak ada keraguan.
Dalam riwayat Baihaqi, perempuan itu bernama Ummu Mihjan. (Lihat: Subulus Salaam ). Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah tersebut. Pertama, betapa besar kecintaan dan perhatian Nabi terhadap umatnya.
Nabi sangat mencintai dan memperhatikan umatnya, baik laki-laki maupun perempuan, yang kaya maupun yang miskin, yang putih maupun yang hitam, dan yang tua maupun yang muda. (Baca QS at-Taubah: 128).
Kedua, pemimpin itu tidak hanya memperhatikan umatnya dari sisi urusan dunia, tapi juga yang lebih penting adalah urusan akhiratnya. (Lihat QS at-Tahrim: 6, al-Hajj: 41).
Ketiga, pentingnya shalat jenazah. Karena itu, boleh shalat jenazah di atas kuburan terkhusus bagi yang belum menshalatinya (Lihat: Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi ).
Keempat, Islam tidak mengklasifikasikan manusia atas dasar status sosial, ekonomi, warna kulit, dan keturunan. Meski tukang sapu, hitam warna kulitnya, dan miskin, bila ia termasuk orang-orang yang bertakwa maka mulialah ia (Baca: QS al-Hujurat: 13).
Kelima, tidak boleh meremehkan orang lain karena kondisi keduniaannya. Nabi segera meluruskan sikap para sahabat yang ada kesan meremehkan urusan perempuan tukang sapu itu. Meremehkan seseorang bisa mengakibatkankesombongan.
Keenam, keutamaan tawadhu. Orang yang muliabukanlah orang tinggi hati dan meremehkan orang lain. Sebaliknya, yaitu orang yang rendah hati dan suka menghormati orang lain.
Cari di dunia ini kalau ada pemimpin yang mau menshalati jenazah seorang perempuan miskin tukang sapu di atas kuburannya selain Nabi Muhammad. Betapa rendah hatinya Nabi Muhammad ini. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepadamu ya Rasulallah.
Ketujuh, besarnya keutamaan orang yang memakmurkan masjid, baik laki-laki maupun perempuan. Kalau tukang sapunya saja sedemikian sangat dimuliakan hingga Nabi harus mencari kuburannya dan shalat (jenazah) di atas kuburannya, tentu mulia pula siapa saja yang memiliki peran yang sangat baik terhadap masjid.
Nabi bersabda, “ Kalau kamu melihat ada orang yang suka ke masjid-masjid, saksikan bahwa ia benar-benar beriman. ” (HR Tirmidzi). Bukan hanya itu, bahkan setiap langkah kaki orang yang menuju masjid semuanya bisa menghapus dosa dan mengangkat derajat.
Isra Mi’raj pun yang kita yakini sebagai mukjizat agung Nabi Muhammad ternyata tidak lain dan tidak bukan adalah merupakan perjalanan dari masjid ke masjid dan kembali lagi ke masjid.
Nabi berangkat dari Masjidil Haram, lalu ke Masjidil Aqsha, dan terus ke langit singgah di Baitul Makmur masjidnya para malaikat, lalu naik dan terus turun kembali ke Masjidil Haram.
Maka, siapa saja yang memakmurkan dan memiliki perhatian yang sangat besar terhadap masjid niscaya dimuliakan oleh Allah SWT. Wallahu waliyuttaufiiq.
Red: Damanhuri Zuhri

Sumber

Posted by Wordmobi

Kategori:revo